Minggu, 28 Mei 2017

SKALA LIKERT, SKALA BOGARDUS, DAN SKALA THURSRONE

SKALA LIKERT, SKALA BOGARDUS, DAN SKALA THURSRONE
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Instrumen Standar
Dosen Pengampu: Dr. Saiful Ridlo, M.Si




Oleh:
LAILI RAHMAWATI            (0106516004)
OOM KOMARIYAH              (0106516012)





PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Teknik evaluasi non-test berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik evaluasi ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara  menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan
Dalam melakukan sebuah evaluasi non-test di perlukan alat untuk mengetahui bagaimana hasil dari evaluasi tersebut, biasanya menggunakan alat ukur atau skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila di gunakan dalam pengukuran akan menghasilkan kuantitatif.
Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan evaluasi non-test yaitu skala Likert, skala Bogardus, skala Thurstone, Rating Scale, skala Guttman dan skala Semantik Deferensial. Dalam makalah ini  membahas 3 skala yaitu skala Likert, skala Bogardus, dan skala Thurstone.
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud denganskala Likert?
2.         Bagaimana langkah-langkah membuat instrumen dengan skala likert?
3.         Bagaimana Contoh instrumen dengan skala likert?
4.         Apa yang dimaksud dengan skala Bogardus?
5.         Bagaimana langkah-langkah membuat instrumen denganskala Bogardus?
6.         Bagaimana Contoh instrumen dengan skala Bogardus?
7.         Apa yang dimaksud skala Thrustone?
8.         Bagaimana langkah-langkah membuat instrumen denganskala Thrustone?
9.         Bagaimana Contoh instrumen dengan skala Thrustone?
10.      
C.      Tujuan
1.         Mendeskripsikan apa yang dimaksud denganskala Likert.
2.         Menjelaskan bagaimana langkah-langkah membuat instrumen dengan skala likert.
3.         Membuat contoh instrumen dengan skala likert.
4.         Mendeskripsikan apa yang dimaksud skala Bogardus.
5.         Menjelaskan bagaimana langkah-langkah membuat instrumen denganskala Bogardus.
6.         Membuat contoh instrumen dengan skala Bogardus.
7.         Mendeskripsikan apa yang dimaksud skala Thrustone.
8.         Menjelaskan bagaimana langkah-langkah membuat instrumen denganskala Thrustone.
9.         Membuat contoh instrumen dengan skala Thrustone.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Skala Likert
1.    Pengertian Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena sosial (Sugiono, 2008:134). Skala ini memuat item yang diperkirakan sama dalam sikap atau beban nilainya, subjek merespon dengan berbagai tingkat intensitas berdasarkan skala antara dua sudut yang berlawanan, misalnya: Setuju - Tidak Setuju, Suka - Tak Suka, Menerima –Menolak (Ramayulis, 2014:222-223). Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinu sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan positif (Widoyoko, 2016:104).
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak menyusun butir-butir instrumen yang berupa pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata. jawaban setiap butir instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Menurut Zaenal Arifin (2009:160-161), salah satu model untuk mengukur ranah afektif adalah dengan menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi juga memilih pernyataan-pernyataan negatif. Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4.
Pengunaan skala likert ada 3 alternatif model yaitu model tiga pilihan (skala tiga), empat pilihan (skala empat), dan lima pilihan (skala lima). Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
2.    Langkah-langkah Membuat Instrumen Dengan Skala Likert
Untuk menyusun skala likert, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut
1.      Memilih variabel afektif yang akan diukur.
2.      Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur.
3.      Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif.
4.      Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan.
5.      Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6.      Melakukan uji coba.
7.      Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik.
8.      Melakasanakan penilaian.

3.    Contoh Instrumen Dengan Menggunakan Skala Likert
Contoh instrumen likert bentuk checklist
Instrumen Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran IPA

NAMA            :
NO                  :

A.    Petunjuk Umum
1.      Tulislah nama dan nomor presensi di bagian sudut kiri atas pada lembar angket ini.
2.      Isilah angket di bawah ini dengan jujur dan sebenar-benarnya berdasarkan pikiran dan keadaan yang dialami saat pembelajaran.
3.      Sebelum mengisi bacalah setiap pertanyaan dengan seksama.
B.     Petunjuk Khusus
Isilah angket di bawah ini dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia.

No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1
saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran IPA di kelas .




2
Saya menulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran.




3
Setiap ada tugas IPA, saya mengerjakan dengan tepat waktu.




4
Saya mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal yang diberikan oleh guru.




5
Saya belajar IPA atas kemauan saya sendiri, karena saya ingin menjadi siswa yang berprestasi.




6
Saya ingin mengikuti pelajaran IPA di kelas dengan tenang.




7
Saya bersemangat untuk mengikuti pelajaran IPA.




8
Saya berani bertanya kepada guru atau teman, saat saya kurang paham tentang materi pelajaran IPA.




9
Saya mendengarkan penjelasan dari guru saat proses pembelajaran IPA.




10
Setiap hari saya belajar IPA, walaupun tidak ada ulangan.




11
Saya malas menulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran.




12
Saya merasa puas dengan pelajaran yang disampaikan guru saat proses pelajaran IPA.




13
IPA pelajaran yang cukup sulit dibandingkan mata pelajaran lain, sehingga saya males mengikuti.




14
Saya mengikuti pelajaran IPA di kelas dengan ribut.




15
Saya malas mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal yang diberikan oleh guru.




16
Saya merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan guru saat proses pelajaran IPA.




17
Setiap ada tugas IPA, saya malas untuk mengerjakannya.




18
Saya bosan untuk mengikuti pelajaran IPA.  




19
Saya mengantuk ketika mengikuti proses pembelajaran IPA.




20
Saya merasa puas dengan pelajaran yang disampaikan guru saat proses pelajaran IPA.





B.       Skala Bogardus
1.    Pengertian Skala Bogardus
Skala Bogardus disebut juga Bogardus Social Distance atau jarak sosial, dicetuskan oleh E.S Bogardus pada tahun 1925. Emory S. Bogardus adalah seorang sosiolog di Amerika Serikat yang pertamakali membakukan konsep skala bogardus atau penjarakan sosial. Satu diantara banyak karyanya dalam kajian sosiologi adalah penelitian tahun 1925 tentang jarak sosial yang ada di masyarakat Amerika Serikatpada saat itu. Mulai dari situlah Skala Bogardus dibakukan dan menjadi indikator penting dalam penelitian.
Skala Bogardus atau skala jarak sosial, secara kuantitatif skala ini berupaya untuk mengukur “jarak sosial” antar individu (kelompok) atau sikap penerimaan terhadap individu (kelompok) lain, mengukur tingkat jarak seseorang yang diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok lain. Dengan skala bogardus responden diminta untuk mengisi atau menjawab pertanyaan dari tujuh pertanyaan untuk melihat jarak sosial terhadap grup etnik lainnya, masing-masing pertanyaan akan diberi skor dan angka yang lebih tinggi mencerminkan jarak sosial yang lebih besar.
2.    Langkah-Langkah Membuat Instrumen Dengan Menggunakan Skala Bogardus.
Dalam menyusun skala bogardus seorang tokoh yang bernama Komorovsky membagi dua kategori yang digunakan untuk menyusun skala bogardus. Dua kategori tersebut antara lain yaitu: vertical social distance (jarak sosial vertikal) dan horizontal social distance (jarak sosial horisontal). Jarak sosial vertikal mengacu kepada derajat penerimaan dalam suatu hirarki kelompok sosial, misalnya berdasarkan tingkat pekerjaan, pendidikan, atau pekerjaan. Jarak sosial horizontal yang dimaksud oleh Komorovsky sama seperti konsep jarak sosial yang diajukan oleh Bogardus, yaitu mengenai penilaian perbedaan antara individu sebagai anggota suatu kelompok dengan anggota kelompok lain (Cavan, 1971).
3.      Contoh Instrumen Dengan Menggunakan Skala Bogardus
Kesediaan orang kulit putih berhubungan dengan kulit hitam
NAMA          :
NO                 :
Petunjuk
Isilah angket di bawah ini dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia.
Pertanyaan
Jawaban
1.    Apakah saudara menerima orang hitam sebagai warga di negeri ini?

2.    Apakah saudara menerima orang hitam bekerja di kantor saudara?

3.    Apakah saudara menerima orang hitam sebagai teman se-club?

4.    Apakah saudara menerima orang hitam sebagai tetangga saudara?

5.    Apakah saudara menerima orang hitam menikah dengan saudara?

Skor Total


C.      Skala Thrustone
1.      Pengertian Skala Thrustone
Skala Thurstone merupakan salah satu skala sikap yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika disusun, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang disetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Metode pengukuran ini dikembangkan untuk menilai secara spesifik terhadap objek atau subjek yang hendak diteliti. Skala Thurstone dilihat dari bentuk tampilan mirip dengan skala Likert.
Perbedaannya, bila skala Likert menilai sikap dengan cara menanyakan responden untuk menunjukkan tingkat atau derajat sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) melalui pernyataan atau pertanyaan kepada responden untuk kemudian mereka memilih di antara pernyataan atau pertanyaan mana yang paling mendekati kecocokan jawaban dengan pilihan sikap mereka, skala Thurstone menilai sikap dengan cara merepresentasikan statemen tentang topik yang disusun dari yang tidak favorit, netral, dan sangat tidak disenangi. Responden dalam hal ini dianjurkan untuk memilih pernyataan item yang hampir mendekati atau cocok dengan pilihan sikap mereka. Pada skala Thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang  sama,  sedangkan pada  skala  Likert  tidak perlu sama.
2.      Langkah-Langkah Membuat Instrumen Dengan Menggunakan Skala Thrustone
Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :
1.       Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.
2.      Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
3.      Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang disediakan.
4.      Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.
5.      Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.
Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut :
1.      Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
2.      Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap berbeda.
3.      Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai.
4.      Memerlukan tim penilai yang objektif.
5.      Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini. Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKh3Dx9UY0gFXmLbPTuOMty7g-bHhDCztnDta1aBWM9hgCTj_7YvtlC77XZ-v448M2oDfrnt9o8MHETGOpbwqwGKgjo1hhm7MjoUj3r2XMNBYD4DzP3quoZeM62U4Q4Jx6yPYBeVFdBY-F/s1600/contoh+bentuk+skala+thurstone.JPG


3.      Contoh Instrumen Dengan Menggunakan Skala Thrustone
Minat Siswa terhadap pelajaran Matematika
Nama                         :                                  
Mata Pelajaran         :
Kelas                          :
Petunjuk
Isilah angket di bawah ini dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia.
Pernyataan
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Siswa berusaha
hadir tiap pelajaran Matematika














Siswa berusaha
mengerjakan tugas
matematika.
















Siswa dapat menyelesaikan tugas matematika tepat waktu.











Siswa berusaha mendapatkan nilai terbaik pada pelajaran matematika.


















Pelajaran matematika membosankan.















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Skala digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Skala pengukuran dibuat dengan maksud agar data yang dihasilkan dalam pengukuran itu akurat. Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam makalah ini  membahas 3 skala yaitu skala Likert, skala Bogardus, dan skala Thurstone. Pada penelitian pendidikan skala likert paling banyak digunkan karena skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. 
B.       Saran
Penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna walaupun telah dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan penulisan serta sifat manusia yang fitrahnya lupa dan salah, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan demi kemajuan bersama.





DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Ramayulis. 2014.Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cetakan Pertama. Jakarta: Kalam Mulia.
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Widoyoko, Eko. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widoyoko, Eko. 2016. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar