
SKALA LIKERT, SKALA BOGARDUS, DAN SKALA
THURSRONE
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan
Instrumen Standar
Dosen Pengampu: Dr. Saiful Ridlo, M.Si
Oleh:
LAILI RAHMAWATI (0106516004)
OOM KOMARIYAH (0106516012)
PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Teknik evaluasi non-test berarti
melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik evaluasi ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang
berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan
Dalam melakukan sebuah evaluasi non-test di
perlukan alat untuk mengetahui bagaimana hasil dari evaluasi tersebut, biasanya
menggunakan alat ukur atau skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila di gunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan kuantitatif.
Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu
diketahui dalam melakukan evaluasi non-test yaitu skala Likert, skala Bogardus,
skala Thurstone,
Rating Scale, skala Guttman dan skala Semantik Deferensial. Dalam makalah
ini membahas 3 skala yaitu skala Likert, skala Bogardus, dan skala Thurstone.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
denganskala Likert?
2.
Bagaimana
langkah-langkah membuat instrumen dengan skala likert?
3.
Bagaimana Contoh
instrumen dengan skala likert?
4.
Apa yang dimaksud
dengan skala Bogardus?
5.
Bagaimana
langkah-langkah membuat instrumen denganskala Bogardus?
6.
Bagaimana Contoh
instrumen dengan skala Bogardus?
7.
Apa yang dimaksud skala
Thrustone?
8.
Bagaimana
langkah-langkah membuat instrumen denganskala Thrustone?
9.
Bagaimana Contoh
instrumen dengan skala Thrustone?
10.
C.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan apa
yang dimaksud denganskala Likert.
2.
Menjelaskan bagaimana langkah-langkah
membuat instrumen dengan skala likert.
3.
Membuat contoh
instrumen dengan skala likert.
4.
Mendeskripsikan apa
yang dimaksud skala Bogardus.
5.
Menjelaskan bagaimana
langkah-langkah membuat instrumen denganskala Bogardus.
6.
Membuat contoh
instrumen dengan skala Bogardus.
7.
Mendeskripsikan apa
yang dimaksud skala Thrustone.
8.
Menjelaskan bagaimana
langkah-langkah membuat instrumen denganskala Thrustone.
9.
Membuat contoh
instrumen dengan skala Thrustone.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Skala
Likert
1.
Pengertian
Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena sosial (Sugiono, 2008:134). Skala ini memuat item
yang diperkirakan sama dalam sikap atau beban nilainya, subjek merespon dengan
berbagai tingkat intensitas berdasarkan skala antara dua sudut yang berlawanan,
misalnya: Setuju - Tidak Setuju, Suka - Tak Suka, Menerima –Menolak (Ramayulis, 2014:222-223).
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam
suatu kontinu sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai
dengan positif (Widoyoko, 2016:104).
Dengan skala likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak menyusun butir-butir instrumen yang berupa
pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang diungkapkan
dengan kata-kata. jawaban setiap butir instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Menurut Zaenal Arifin (2009:160-161), salah satu model
untuk mengukur ranah afektif adalah dengan menggunakan skala Likert. Dalam
skala Likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang
positif saja, tetapi juga memilih pernyataan-pernyataan negatif. Tiap item
dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3,
2, 1, dan 0, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1,
2, 3, dan 4.
Pengunaan skala likert ada 3 alternatif
model yaitu model tiga pilihan (skala tiga), empat pilihan (skala empat), dan
lima pilihan (skala lima). Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert
dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
2.
Langkah-langkah
Membuat Instrumen Dengan Skala Likert
Untuk menyusun skala likert, dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut
1.
Memilih variabel
afektif yang akan diukur.
2.
Membuat beberapa
pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur.
3.
Mengklasifikasikan
pernyataan positif dan negatif.
4.
Menentukan
jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan.
5.
Menyusun
pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6.
Melakukan uji
coba.
7.
Membuang
butir-butir pernyataan yang kurang baik.
8.
Melakasanakan
penilaian.
3. Contoh Instrumen Dengan Menggunakan Skala Likert
Contoh instrumen likert bentuk checklist
Instrumen Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Pembelajaran IPA
NAMA :
NO :
A. Petunjuk
Umum
1. Tulislah
nama dan nomor presensi di bagian sudut kiri atas pada lembar angket ini.
2. Isilah
angket di bawah ini dengan jujur dan sebenar-benarnya berdasarkan pikiran dan
keadaan yang dialami saat pembelajaran.
3. Sebelum
mengisi bacalah setiap pertanyaan dengan seksama.
B. Petunjuk
Khusus
Isilah angket di bawah ini dengan
memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia.
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1
|
saya
mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran IPA di kelas .
|
|
|
|
|
2
|
Saya
menulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
|
|
|
|
|
3
|
Setiap
ada tugas IPA, saya mengerjakan dengan tepat waktu.
|
|
|
|
|
4
|
Saya
mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal yang diberikan oleh guru.
|
|
|
|
|
5
|
Saya
belajar IPA atas kemauan saya sendiri, karena saya ingin menjadi siswa yang
berprestasi.
|
|
|
|
|
6
|
Saya
ingin mengikuti pelajaran IPA di kelas dengan tenang.
|
|
|
|
|
7
|
Saya
bersemangat untuk mengikuti pelajaran IPA.
|
|
|
|
|
8
|
Saya
berani bertanya kepada guru atau teman, saat saya kurang paham tentang materi
pelajaran IPA.
|
|
|
|
|
9
|
Saya
mendengarkan penjelasan dari guru saat proses pembelajaran IPA.
|
|
|
|
|
10
|
Setiap
hari saya belajar IPA, walaupun tidak ada ulangan.
|
|
|
|
|
11
|
Saya
malas menulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
|
|
|
|
|
12
|
Saya
merasa puas dengan pelajaran yang disampaikan guru saat proses pelajaran IPA.
|
|
|
|
|
13
|
IPA
pelajaran yang cukup sulit dibandingkan mata pelajaran lain, sehingga saya
males mengikuti.
|
|
|
|
|
14
|
Saya
mengikuti pelajaran IPA di kelas dengan ribut.
|
|
|
|
|
15
|
Saya
malas mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal yang diberikan oleh
guru.
|
|
|
|
|
16
|
Saya
merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan guru saat proses pelajaran
IPA.
|
|
|
|
|
17
|
Setiap
ada tugas IPA, saya malas untuk mengerjakannya.
|
|
|
|
|
18
|
Saya
bosan untuk mengikuti pelajaran IPA.
|
|
|
|
|
19
|
Saya mengantuk
ketika mengikuti proses pembelajaran IPA.
|
|
|
|
|
20
|
Saya
merasa puas dengan pelajaran yang disampaikan guru saat proses pelajaran IPA.
|
|
|
|
|
B.
Skala
Bogardus
1.
Pengertian
Skala Bogardus
Skala
Bogardus disebut juga Bogardus Social Distance atau jarak sosial, dicetuskan
oleh E.S Bogardus pada tahun 1925. Emory S. Bogardus adalah seorang
sosiolog di Amerika Serikat yang pertamakali membakukan konsep skala bogardus
atau penjarakan sosial. Satu diantara banyak karyanya dalam kajian sosiologi
adalah penelitian tahun 1925 tentang jarak sosial yang ada di masyarakat
Amerika Serikatpada saat itu. Mulai dari situlah Skala Bogardus dibakukan
dan menjadi indikator penting dalam penelitian.
Skala
Bogardus atau skala jarak sosial, secara kuantitatif skala ini berupaya
untuk mengukur “jarak sosial” antar individu (kelompok) atau sikap penerimaan
terhadap individu (kelompok) lain, mengukur tingkat jarak seseorang yang
diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok lain. Dengan skala
bogardus responden diminta untuk mengisi atau menjawab pertanyaan dari tujuh
pertanyaan untuk melihat jarak sosial terhadap grup etnik lainnya,
masing-masing pertanyaan akan diberi skor dan angka yang lebih tinggi
mencerminkan jarak sosial yang lebih besar.
2. Langkah-Langkah Membuat Instrumen Dengan Menggunakan Skala Bogardus.
Dalam menyusun skala bogardus seorang tokoh
yang bernama Komorovsky membagi dua kategori yang digunakan untuk menyusun
skala bogardus. Dua kategori tersebut antara lain yaitu: vertical social
distance (jarak sosial vertikal) dan horizontal social
distance (jarak sosial horisontal). Jarak sosial vertikal mengacu kepada
derajat penerimaan dalam suatu hirarki kelompok sosial, misalnya berdasarkan
tingkat pekerjaan, pendidikan, atau pekerjaan. Jarak sosial horizontal yang
dimaksud oleh Komorovsky sama seperti konsep jarak sosial yang diajukan oleh
Bogardus, yaitu mengenai penilaian perbedaan antara individu sebagai anggota
suatu kelompok dengan anggota kelompok lain (Cavan, 1971).
3. Contoh Instrumen Dengan Menggunakan Skala Bogardus
Kesediaan orang kulit putih berhubungan
dengan kulit hitam
NO :
Petunjuk
Isilah angket di bawah
ini dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia.
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1.
Apakah saudara
menerima orang hitam sebagai warga di negeri ini?
|
|
2.
Apakah saudara
menerima orang hitam bekerja di kantor saudara?
|
|
3.
Apakah saudara
menerima orang hitam sebagai teman se-club?
|
|
4.
Apakah saudara
menerima orang hitam sebagai tetangga saudara?
|
|
5.
Apakah saudara
menerima orang hitam menikah dengan saudara?
|
|
Skor Total
|
|
C.
Skala
Thrustone
1.
Pengertian
Skala Thrustone
Skala Thurstone merupakan salah satu
skala sikap yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.
Setiap butir memiliki kunci skor dan jika disusun, kunci skor menghasilkan
nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)
pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah
ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk
yang hendak diukur.
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang disetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Metode pengukuran ini
dikembangkan untuk menilai secara spesifik terhadap objek atau subjek yang
hendak diteliti. Skala Thurstone dilihat dari bentuk tampilan mirip
dengan skala Likert.
Perbedaannya, bila skala Likert
menilai sikap dengan cara menanyakan responden untuk menunjukkan tingkat atau
derajat sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) melalui pernyataan atau pertanyaan kepada responden untuk kemudian
mereka memilih di antara pernyataan atau pertanyaan mana yang paling mendekati
kecocokan jawaban dengan pilihan sikap mereka, skala Thurstone menilai sikap
dengan cara merepresentasikan statemen tentang topik yang disusun dari yang
tidak favorit, netral, dan sangat tidak disenangi. Responden dalam hal ini
dianjurkan untuk memilih pernyataan item yang hampir mendekati atau cocok
dengan pilihan sikap mereka. Pada skala Thurstone interval yang panjangnya
sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama.
2. Langkah-Langkah Membuat Instrumen Dengan Menggunakan Skala Thrustone
Pembuatan skala Thurstone dapat
dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :
1.
Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan
yang merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan
tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.
2.
Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50
orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat
memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri atas
pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J K merupakan
kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
3.
Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan
pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi
hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang
disediakan.
4.
Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan
yang mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.
5.
Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat
prasangka terhadap sifat yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden
mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.
Skala Thurstone tidak terlalu banyak
digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan karena model ini mempunyai
beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut :
1.
Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
2.
Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor
sama mempunyai sikap berbeda.
3.
Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau
penilai.
4.
Memerlukan tim penilai yang objektif.
5.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti
gambar di bawah ini. Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak
relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.

3. Contoh Instrumen Dengan Menggunakan Skala Thrustone
Minat Siswa
terhadap pelajaran Matematika
Nama :
Mata
Pelajaran :
Kelas :
Petunjuk
Isilah angket di bawah
ini dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia.
Pernyataan
|
11
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Siswa berusaha
hadir tiap pelajaran Matematika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siswa berusaha
mengerjakan tugas
matematika.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siswa dapat menyelesaikan tugas matematika tepat waktu.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siswa berusaha mendapatkan
nilai terbaik pada
pelajaran matematika.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelajaran matematika membosankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skala digunakan untuk mengukur
variabel yang akan diteliti. Skala pengukuran dibuat dengan maksud agar data
yang dihasilkan dalam pengukuran itu akurat. Dengan skala pengukuran ini, maka
variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk
angka. Dalam makalah ini membahas 3
skala yaitu skala
Likert, skala Bogardus, dan skala Thurstone. Pada penelitian pendidikan skala likert
paling banyak digunkan karena skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
B. Saran
Penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna walaupun
telah dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan ketelitian. Mengingat
keterbatasan penulisan serta sifat manusia yang fitrahnya lupa dan salah, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak
untuk perbaikan demi kemajuan bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda
Karya.
Ramayulis. 2014.Metodologi Pendidikan
Agama Islam, Cetakan Pertama. Jakarta: Kalam Mulia.
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Widoyoko, Eko. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran Di
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widoyoko, Eko. 2016. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar